entah sejak kapan
gua jadi terkena virus galau, kalau dinget - inget sejak gua masuk bangku
kuliah kali ya,,, dan itu sudah dua tahun yang lalu. banyak orang dan faktor
untuk gua menemukan sebuah pencerahan mengenai identitas galau gua sendiri, dan
mungkin sudah seharusnya gua berterima kasih pada mereka. tak terpikir apa
jadinya diri ini tanpa kalian. bagi gua menemukan arti galau bagi diri sendiri
adalah suatu hal yang harus dan sangat mutlak adanya. karena definisi kita akan
galau adalah definisi yang berbeda, gua yakin tiap orang punya definisi beda
tentang arti kata ini.
oh iyaa,, beberapa hari lalu gua iseng - iseng search di internet
untuk cari bahan tentang artikel gua. nggak sengaja nemu lagi tulisan
Raditya dika yang pertama kali gua baca dua tahun belakangan. setelah
lama nggak gua baca, tulisan ini masih saja menyimpan daya tarik
tersendiri. salut banget sama nih orang....
Dengan
penuh kebencian.
Aku benci jatuh
cinta. Aku benci merasa senang bertemu lagi dengan kamu, tersenyum malu – malu,
dan menebak – nebak, selalu menebak – nebak. Aku benci deg – degan menunggu
kamu online. Dan disaat kamu muncul aku akan tiduran tengkurap , bantal di
bawah dagu, lalu berpikir, tersenyum, dan berusaha mencari kalimat – kalimat
lucu agar kamu, di seberang sana, bisa tertawa. Karena, kata orang, cara mudah
membuat orang suka denganmu adalah dengan membuatnya tertawa. Mudah – mudahan
itu benar.
Aku benci terkejut
melihat SMS kamu nongol di inbox-ku dan aku benci kenapa aku harus memakan
waktu begitu lama untuk membalasnya, menghapusnya, memikirkan kata demi kata.
Aku benci ketika jatuh cinta, semua detail yang aku ucapkan, katakana,
kirimkan, tulisankan ke kamu menjadi penting, seolah – olah harus tanpa cacat,
atau aku bisa jadi kehilangan kamu. Aku benci harus berada dalam posisi seperti
itu. tapi, aku tidak bisa menawar, ya?
Aku benci harus
menerjemahkan isyarat – isyarat kamu itu. apakah pertanyaan kamu itu sekadar
pancingan atau retorika atau pertanyaan biasa yang aku salah artikan dengan
penuh percaya diri? Apakah kepalamu yang kamu senderkan di bahuku kemarin hanya
gesture biasa, atau ada maksud lain, atau aku yang sekali lagi salah
mengartikan dengan penuh percaya diri?
Aku benci harus
memikirkan kamu sebelum tidur dan merasakan sesuatu yang bergerak dari dalam
dada, menjalar ke seluruh dada, menjalar ke sekujur tubuh, dan aku merasa
pasrah, gelisah. Aku benci untuk berpikir aku bisa begini terus semalaman,
tanpa harus tidur. Cukup begini saja.
Aku benci ketika kamu
menempelkan kepalamu ke sisi kepalaku, saat kamu mencoba untuk melihat sesuatu
di handycam yang sedang aku pegang. Oh, aku benci kenapa ketika kepala kita bersentuhan,
aku tidak bernapas, aku merasa canggung, aku ingin berlari jauh. Aku benci aku
harus sadar atas semua kecangguan itu……, tapi tidak bisa melakukan apa – apa.
Aku benci logika aku
bersuara dan mengingatkan, “hey! Ini hanya ketertarikan fisik semata, pada
akhirnya kamu akan tahu, kalian berdua tidak punya anything in common,” harus
dimentahkan oleh hati yang berkata, “jangan hiraukan logikamu.”
Aku benci harus
mencari – cari kesalahan kecil yang ada di dalam diri kamu. Kesalahan yang
secara desperate aku cari dengan paksa karena aku benci untuk tahu bahwa kamu
bisa saja sempurna, kamu bisa saja tanpa cela, dan aku, bisa saja benar – benar
jatuh hati kepadamu.
Aku benci jatuh
cinta, terutama kepada kamu. Demi tuhan, aku benci jatuh cinta kepada kamu.
Karena, di dalam perasaan menggebu – gebu ini, di balik semua rasa kangen,
takut, canggung, yang bergumul di dalam dan meletup pelan – pelan…..
Aku takut sendirian.
0 komentar:
Posting Komentar