Jumat, 25 November 2011

Brave to be Writer

"Contoh Poster"

Perkembangan NTB di bidang ekonomi adalah aspek yang penting untuk kita ketahui sebagai bagian dari rakyat yang memiliki perhatian dan kecintaan mendalam kepada daerah, termasuk didalamnya semangat juang untuk memajukan daerah. Terlepas dari itu, tak hanya perkembangan ekonomi akan tetapi turut juga meluas pada aspek penting lainnya, seperti pendidikan dan budaya.

Baru – baru ini “Guru Besar  Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia”, Sri-Edi Swasono dalam kelasnya mengungkapkan kekhawatiran tentang pembangunan di negara ini, menurut nya pembangunan yang terjadi sekarang adalah pembangunan yang menggusur rakyat miskin, bukan kemiskinan. Rakyat – rakyat di kota besar mengalami penggusuran demi pembangunan pusat – pusat perbelanjaan asing, perumahan - perumahan mewah, hotel dan restoran – restoran besar lainnya “modernisasi ala westernisasi cekak ini menjadi cita – cita pembangunan Indonesia tereduksi menjadi pembangunan di Indonesia, pembangunan Betawi menjadi pembangunan di Betawi dan barangkali pula pembangunan Surabaya telah pula menjadi sekedar pembangunan  di Surabaya” ungkapnya di salah satu [1]surat kabar. Menurut beliau tentu tidak ada salahnya dari membangun mall dan tempat – tempat mewah diatas namun kesemuanya itu haruslah menghormati sosial  politik dan ekonomi rakyat Indonesia, dalam arti globalisasi dan pembangunan haruslah memihak rakyat Indonesia itu sendiri.

Berdasarkan hasil proyeksi pertumbuhan ekonomi di Nusa Tenggara Barat,  Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat mencatat laju pertumbuhan ekonomi daerah Nusa Tenggara Barat pada triwulan III 2011 mencapai 14,22 persen dengan subsektor pertambangan dan nonmigas, namun jika tanpa itu hanya tumbuh 9,57 persen. Memang, Pada umumnya, sektor-sektor dalam perkonomian NTB pada triwulan III 2011 mengalami peningkatan kuantitas produksi, sehingga nilai tambah yang tercipta meningkat. Disisi pariwisata, pertumbuhan wisata di Lombok dihitung linear, mulai dari 10 persen lalu 15 persen dan seterusnya, jumlah 500.000 wisatawan pada 2008 bakal mencapai 945.000 pada 2012 [2].

Sehingga dapatlah kita simpulkan bersama bahwa perkembangan wisata di NTB mengalami perkembangan yang cukup hebat, tak heran banyak turis lokal dan asing  datang berwisata ke provinsi ini. Mengingat hal ini,  harusnya rakyat sekitar dapat memanfaatkan peluang untuk memajukan perekonomian, budaya, sosial dengan proses yang selektif, dalam arti sesuai dengan ciri khas masyarakat NTB, tak khayal jika provinsi seribu masjid ini bermimpi menjadi daerah yang maju dan berkembang. Sayangnya kesempatan ini malah memberi kenyataan berbalik, energi yang tersumbang justru malah mengancam perkembangan sosial budaya masyarakat. Lihat saja, moderenisasi menjadikan anak muda menjadi apatis terhadap culture khas NTB, mereka lebih bangga berkutub pada budaya asing, rasa percaya diri berlebih mengadopsi budaya asing. Mereka terjebak dalam kabsul globalisasi yang salah. Nyata jelas kesalahpahaman mereka tentang arti globalisasi.

 Seberapa banyak generasi muda yang mengenal gendang beleq, barapan kebo, upacara u’apua, upacara perang topat, barodak, sekeco, dan budaya luhur lainya? Lantas, haruskah hal ini berlalu begitu saja? Tentu tidak.

Terlepas dari kesemua itu, aspek penting dan layak menjadi perhatian kita, terutama para pelajar adalah masalah nasionalisme. Ada beberapa isu mengenai tingkat nasionalisme dimana para pelajar kita dikatakan tidak mampu membaca peta negaranya sendiri, banyak dari mereka tidak mengetahui dimana letak teluk Tomini, Morotai, Sorong, Timika, Miangas, Rote  atau laut Sawu. Atau tak perlu bertanya terlalu jauh, taruhlah kita ambil salah satu pelajar secara random, dapatkah dia menunjuk dengan tepat posisi gunung Rinjani dari Selong, labuhan Lembar di Lombok Barat, posisi selat Lombok dan letak geografis NTB itu sendiri dipeta dunia? Mungkin tak banyak dari mereka yang sukses menjawab tantangan tersebut. Oleh karenanya diperlukan suatu cara khusus agar pelajar mengerti keadaan daerahnya sendiri.

Menindaki serangkaian kenyataan di atas kami himpunan mahasiswa Universitas Indonesia NTB mengambil inisiatif untuk menumbuhkan kembali rasa peka para pelajar NTB terhadap perkembangan daerah NTB. Salah satu cara yang tepat kita lakukan untuk memahami perkembangan daerah kita adalah menuangkan ide dalam tulisan

Karena dirasa adanya keterbatasan mengungkapkan kreativitas langsung secara lisan, maka kami menyelenggarakan lomba penulisan esai bagi para pelajar generasi muda penerus bangsa. Dalam lomba esai perdana yang kami laksanakan ini, kami akan mengangkat tema “NTB : Dahulu, Sekarang, dan Nanti” sehingga nantinya pelajar NTB diharapkan mengenali secara mendalam letak mereka berdiri dan berani memproyeksikan peluang NTB, hingga mampu dikelola 100% oleh putra-putri daerah.

untuk contoh tulisan dan format essay dapat di download melalui link berikut



[1] Suara pembaruan 11 Agustus 2011